warung gudeg asli yogya ibu laminten
Halaman 1 dari 1
warung gudeg asli yogya ibu laminten
Jika Anda bosan dengan makanan-makanan yang tiap hari Anda temui di Jakarta, atau merindukan citarasa masakan Yogya yang gurih dan manis, tak ada salahnya Anda mencoba gudeg khas Yogya Bu Laminten, yang terletak di Jalan Sabang, Jakarta Pusat. Gudeg yang satu ini memiliki ciri khas pada cara penyajiannya yang diletakkan di atas tampah kecil dari bambu, yang khusus didatangkan dari Yogya. Selain ditemani pasangan wajibnya, berupa sambal krecek, telur dan tahu bacem. Menu gudeg di Warung Gudeg Asli Ibu Laminten ini juga dipasangkan dengan ayam goreng kalasan bumbu kremes. Apa istimewanya?
Tidak sulit menemukan Lokasi Warung Gudeg Bu Laminten karena letaknya berada di Kawasan Wisata Malam Jakarta di Jalan Sabang No 34 Jakarta Pusat, letaknya kurang lebih 500 meter sebelah timur Sarinah Plaza. Di sepanjang Jalan Sabang juga ada berbagai macam makanan lain seperti nasi goreng, Sate Pak Heri, Soto Ayam Kudus, Soto Ranjau Pak Gendut, serta seafood, deretan tempat makan ini letaknya sekitar 100 meter dari Warung Gudeg Bu Laminten. Tak jauh dari warung ini juga ada Robinson Department Store, dan jika Anda kehabisan uang cash ATM Mandiri dan BCA juga terletak tak jauh dari tempat ini.
Saat menyambangi warung yang buka setiap hari, dari pukul 17.00 hingga pukul 24.00 ini, mata Anda akan disambut oleh 2 spanduk besar ukuran 4 meter x 2 meter menghadap ke arah timur. Yang bertuliskan Gudeg Asli Yogya Ibu Laminten dengan tulisan berwarna hitam dan merah dengan latar belakang kain berwarna kuning.
Untuk Anda yang membawa kendaraan pribadi tak perlu khawatir, karena walau masih menggunakan sebagian tepi Jalan Sabang untuk parkir kendaraan tamu, kapasitasnya mampu menampung kurang lebih 5-10 mobil, sementara untuk parkir motor bisa diletakkan persis di depan warung, dan mampu menampung 15-20 motor.
Bagian dalam tenda memuat tiga meja panjang, serta 30 tempat duduk, dengan dilengkapi 3 lampu neon, serta 1 etalase besar untuk tempat makanan yang terletak di bagian depan warung. Secara tampilan warung ini memang tampak sederhana. Namun jangan salah, menu yang disajikan warung ini cukup variatif, dan sekali Anda mencobanya dijamin tak akan membuat Anda kecewa
Hadirkan Cita Rasa Gudeg Asli Yogya. Meskipun terletak di kawasan Ibukota Jakarta, Gudeg Ibu Laminten ini tidak meninggalkankan ciri khas makanan gudeg Asli Yogya. Nasi gudeg disajikan tidak diletakkan di piring melainkan pada sebuah tampah bambu kecil berdiameter 30 cm yang dialasi dengan kertas nasi. Tampah ini khusus didatangkan dari Yogya. Salain cara penyajian, keramahan khas Yogya juga tetap diperhankan sang pemilik, Arvansyah dan para karyawannya.
Dari beberapa kombinasi menu gudeg yang ditawarkan di warung ini, Nasi Gudeg Komplit serta Ayam Goreng Kalasan adalah menu yang paling diminati pengunjung. Seporsi nasi gudeg komplit berisi seporsi nasi, gudeg, telur bacem, tahu bacem, sambal krecek, dan sepotong ayam goreng kremes kalasan. Satu porsi gudeg komplit ini dihargai Rp. 18.000. untuk menu-menu yang lain kisaran harga di warung ini antara Rp. 11.000 hingga Rp. 30.000, kecuali untuk Gudeg Kendil yang dijual seharga Rp. 85.000.
Komponen bahan utama yang digunakan sama seperti gudeg pada umumnya yaitu nangka muda atau biasa disebut gori yang dipotong-potong seukuran kira-kira 3 cm, lalu direbus dengan bumbu rebusan seperti daun salam, lengkuas, dan garam yang memberikan rasa nangka ini legit dengan tekstur serat nangka yang lembut. Selain itu dalam perebusan ditambahkan pula bumbu dapur yang dihaluskan seperti bawang merah, bawang putih dan ketumbar yang memberikan citarasa gudeg ini semakin muantaapp tenan.
Warna coklat pekat pada gudeg dihasilkan dari penggunaan daun jati, daun jambu biji, dan kulit bawang merah yang dimasukkan di dasar panci dalam memasak gudeg selama semalaman atau butuh waktu 12 jam dengan api kecil agar gudeg yang ada di dasar panci tidak gosong. Untuk jenis gudeg kering dalam memasaknya tanpa ada tambahan air, sedangkan untuk gudeg basah dalam memasaknya ditambahkan air atau santan cair agar sedikit berkuah dan lembab. Untuk mendapatkan daun jati, Arvansyah membeli di Pasar Kramatjati. Penambahan air asam jawa juga memberikan warna rasa yang segar.
Penggunaan santan kental atau areh yang dihasilkan dari kelapa setengah tua yang dimasak hingga mengental . Dalam penyajiannya Areh ini disiramkan di atas gudeg saat akan disajikan.
Pendamping gudeg saat disantap yang ditawarkan Warung Gudeg Ibu Laminten terdiri dari telur bacem yang berwarna cokelat cerah yang saat disantap bumbu bacemnya terasa gurih dan manis di mulut, lalu ada tahu bacem, yang telah digoreng terlebih dahulu sebelum dibacem. Serta sambal goreng krecek dengan bahan dasar kerupuk kulit sapi atau biasa disebut kerupuk rambak. Krecek ini memiliki tekstur lembut dan kenyal dengan rasa yang gurih karena diolah menggunakan santan kental yang meresap dalam krupuk, selain itu terdapat penambahan kacang tolo dan cabai rawit merah yang membuat sambal ini terasa di mulut Anda.
Selain itu pendamping lainnya yang direkomendasikan adalah ayam goreng kalasan dengan rasa daging yang empuk namun kesat karena menggunakan ayam pejantan, rasa bumbunya meresap masuk hingga ke bagian dalam daging, tekstur dagingnya kering dan sedikit berminyak karena digoreng dengan api yang panas sehingga tidak menyerap banyak minyak. Kremesnya terasa begitu renyah, dan gurih karena bahannya menggunakan tepung terigu yang dibumbui dengan bumbu rendaman dan ungkepan ayam sehingga begitu terasa bumbunya, kemudian digoreng kering sebagai taburan. Renyahnya taburan kremes ini mampu melengkapi sajian lain yang semuanya cenderung bertekstur lembek dan lembut.
Berhasil Beli Mobil Mercy dan Kijang Innova Berkat Usaha Gudeg
Usaha Warung Gudeg Asli Yogya Bu Laminten ini mulai dirintis oleh Laminten sejak tahun 1985.Dengan Modal yang didapat dari hasil menjual tanah warisan dari suaminya, Laminten memberanikan diri ke Jakarta meninggalkan delapan dari sembilan anaknya, dan hanya membawa anak bungsunya. Laminten lalu membuka usaha di Jakarta dengan modal awal sekitar Rp 2.000.000.
Awal mulanya warung Bu Laminten ini berada di Hero Tomang, dan di daerah Senen. Tak disangka setahun berjalan berkembang sangat pesat, Laminten pun mulai kerepotan. Akhirnya anak pertamanya yang bernama Arvansyah yang saat itu sedang bekerja dan kuliah di Surabaya dipanggil ke Jakarta untuk turut serta membantu ibunya. Arvansyah sendiri tertarik ikut terjun ke usaha makanan yang dirintis ibunya, karena melihat potensi usaha ini cukup besar untuk maju, karena saat itu kompetitor usaha makanan gudeg belum begitu banyak. “Orang yang ingin mencicipi gudeg tidak perlu jauh-jauh ke Yogya cukup datang di Warung Bu Laminten,” ungkap Arvansyah.
Pada tahun 1986, Luminten mulai mengembangkan sayap dengan membuka usahanya di Sabang atau Jl. H Agus Salim No 34, kemudian di Menteng dan terakhir di Kelapa Gading tahun 2003. Selain di tiga tempat itu, Arvansyah selaku pemilik sekaligus pengelola warung juga melayani penjualan ke beberapa foodcourt di Jakarta, di antaranya di ITC Roxy Mas dan Citraland.
Saat ini, pusat produksi gudeg berada di Jalan Kembangan Baru No 2 Jakarta Barat. Dari tempat ini makanan baru didistribusikan ke cabang-cabang dan beberapa foodcourt di pusat perbelanjaan dengan menggunakan mobil box Panther. Tugas Laminten sendiri sekarang hanya sebagai tes akhir untuk masalah resep. Sehingga saat ini, mulai dari pembuatan resep sampai dengan pengelolaan manajemen diserahkan kepada Arvansyah. Dalam menjalankan usahanya Arvansyah tidak sendiri, dia dibantu oleh isterinya yang bernama Suwarni yang saat ini berusia 35 tahun.
Untuk menarik kehadiran para pengunjung Arvansyah mendatangkan khusus tampah kecil dari Yogya sebagai pengganti piring. Arvansyah sendiri sebelum menekuni usaha warung gudeg ini, pernah bekerja di Kalianyar, Surabaya – Jawa Timur tepatnya di Money Changer tahun 1985 dan kuliah di Universitas Wijaya Kusuma Dukuh Kupang Surabaya jurusan Pertanian dan jurusan Kedokteran, namun kemudian lebih memilih ikut bekerja bersama ibunya.
Bahan Baku. Untuk memenuhi kebutuhan warungnya setiap hari Arvansyah tidak perlu berbelanja sendiri karena semua bahan bakunya didapat dari seorang supplier yang bernama Surti dan Parno yang berasal dari Palmerah dan Kebayoran Lama. Biasanya sekali datang itu dalam jumlah banyak, untuk sekali pengiriman, bisa habis dalam waktu 2 hari. Kecuali ayam pejantan sekali pengiriman 100 ekor yang dapat habis dalam waktu sehari yang didistribusikan untuk 3 tempat dan beberapa foodcourt.
Kendala. Ibarat laut yang pasang surut, di dalam berusaha pasti kendala itu ada. “Kendala yang paling utama adalah masalah karyawan, biasanya yang bermasalah adalah karyawan yang berasal dari luar Jawa, mereka biasanya kerja di sini cuma sebentar,” ujar lelaki berusia 43 tahun itu. Selain itu juga kendala kalau musim hujan, di samping pengunjung sepi juga tidak bisa menjemur krecek, sehingga hasilnya tidak mengembang dengan baik.
Menghadapi Persaingan. Dalam menghadapi persaingan dengan kompetitor, Arvansyah mengaku hanya berusaha selalu memberikan “The Best Service”. Selain berusaha memberi yang terbaik pada pelanggan, Arvansyah juga berusaha menerima apa adanya atas segala yang telah diraih. “Bila hari ini hasilnya sedikit, mungkin hari esok lebih banyak begitu juga kalau hari esok sedikit, mungkin esok lusa, yang penting kita sudah berusaha,” begitu seloroh Arvasyah.
Untuk menjalankan usahanya Arvansyah dibantu 20 karyawan dengan sistem penggajian bulanan. Yang terdiri atas 2 orang sopir, dan 18 orang tenaga serabutan. Rata-rata setiap karyawan memperoleh gaji sekitar Rp 600 ribu- Rp 1 juta g pembagian tergantung beban kerjanya. Selain memperoleh gaji bulanan karyawan yang berasal dari luar daerah juga dapat tinggal di mess yang letaknya di lokasi produksi gudeg di Jalan Kembangan Jakarta Barat, serta fasilitas makan. “Unsur kebersihan serta memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan yang paling diutamakan di warung ini,” ujar lelaki kelahiran 5 Oktober 1964 ini.
Pelanggan. Para pelanggan di Warung Gudeg Bu Laminten kebanyakan adalah orang Jawa yang kangen akan makanan gudeg asli Yogya. Meski demikian, banyak juga pelanggan Warung Gudeg ini yang asli Jakarta, bahkan asal daerah lain di luar Jawa. Umumnya para pelanggan adalah karyawan kantor yang pulang kerja. Setiap harinya pengunjung warung ini bisa mencapai 150 orang. Rasa gurih, nikmat serta lezatnya Gudeg ini juga telah menarik beberapa artis di antaranya Peggy Melaty Sukma, Roger Danuarta, serta striker Tim Nasional PSSI, Bambang Pamungkas.
Selama 22 tahun mengelola usahanya, Arvansyah kini telah berhasil memiliki 2 mobil pribadi, Merzy dan Kijang Inova, serta 3 mobil operasional Isuzu Panther Box. Selain itu, ia juga bisa membeli rumah yang terletak di Jakarta Barat, tepatnya di Jalan Kembangan Baru nomor 2. “Semua itu saya dapat berkat usaha dan kerja keras saya beserta keluarga yang selalu mendukung saya dan menerima apa adanya, apapun hasil usaha saya,” ujar lelaki yang sempat bercita –cinta menjadi dokter ini.
Tidak sulit menemukan Lokasi Warung Gudeg Bu Laminten karena letaknya berada di Kawasan Wisata Malam Jakarta di Jalan Sabang No 34 Jakarta Pusat, letaknya kurang lebih 500 meter sebelah timur Sarinah Plaza. Di sepanjang Jalan Sabang juga ada berbagai macam makanan lain seperti nasi goreng, Sate Pak Heri, Soto Ayam Kudus, Soto Ranjau Pak Gendut, serta seafood, deretan tempat makan ini letaknya sekitar 100 meter dari Warung Gudeg Bu Laminten. Tak jauh dari warung ini juga ada Robinson Department Store, dan jika Anda kehabisan uang cash ATM Mandiri dan BCA juga terletak tak jauh dari tempat ini.
Saat menyambangi warung yang buka setiap hari, dari pukul 17.00 hingga pukul 24.00 ini, mata Anda akan disambut oleh 2 spanduk besar ukuran 4 meter x 2 meter menghadap ke arah timur. Yang bertuliskan Gudeg Asli Yogya Ibu Laminten dengan tulisan berwarna hitam dan merah dengan latar belakang kain berwarna kuning.
Untuk Anda yang membawa kendaraan pribadi tak perlu khawatir, karena walau masih menggunakan sebagian tepi Jalan Sabang untuk parkir kendaraan tamu, kapasitasnya mampu menampung kurang lebih 5-10 mobil, sementara untuk parkir motor bisa diletakkan persis di depan warung, dan mampu menampung 15-20 motor.
Bagian dalam tenda memuat tiga meja panjang, serta 30 tempat duduk, dengan dilengkapi 3 lampu neon, serta 1 etalase besar untuk tempat makanan yang terletak di bagian depan warung. Secara tampilan warung ini memang tampak sederhana. Namun jangan salah, menu yang disajikan warung ini cukup variatif, dan sekali Anda mencobanya dijamin tak akan membuat Anda kecewa
Hadirkan Cita Rasa Gudeg Asli Yogya. Meskipun terletak di kawasan Ibukota Jakarta, Gudeg Ibu Laminten ini tidak meninggalkankan ciri khas makanan gudeg Asli Yogya. Nasi gudeg disajikan tidak diletakkan di piring melainkan pada sebuah tampah bambu kecil berdiameter 30 cm yang dialasi dengan kertas nasi. Tampah ini khusus didatangkan dari Yogya. Salain cara penyajian, keramahan khas Yogya juga tetap diperhankan sang pemilik, Arvansyah dan para karyawannya.
Dari beberapa kombinasi menu gudeg yang ditawarkan di warung ini, Nasi Gudeg Komplit serta Ayam Goreng Kalasan adalah menu yang paling diminati pengunjung. Seporsi nasi gudeg komplit berisi seporsi nasi, gudeg, telur bacem, tahu bacem, sambal krecek, dan sepotong ayam goreng kremes kalasan. Satu porsi gudeg komplit ini dihargai Rp. 18.000. untuk menu-menu yang lain kisaran harga di warung ini antara Rp. 11.000 hingga Rp. 30.000, kecuali untuk Gudeg Kendil yang dijual seharga Rp. 85.000.
Komponen bahan utama yang digunakan sama seperti gudeg pada umumnya yaitu nangka muda atau biasa disebut gori yang dipotong-potong seukuran kira-kira 3 cm, lalu direbus dengan bumbu rebusan seperti daun salam, lengkuas, dan garam yang memberikan rasa nangka ini legit dengan tekstur serat nangka yang lembut. Selain itu dalam perebusan ditambahkan pula bumbu dapur yang dihaluskan seperti bawang merah, bawang putih dan ketumbar yang memberikan citarasa gudeg ini semakin muantaapp tenan.
Warna coklat pekat pada gudeg dihasilkan dari penggunaan daun jati, daun jambu biji, dan kulit bawang merah yang dimasukkan di dasar panci dalam memasak gudeg selama semalaman atau butuh waktu 12 jam dengan api kecil agar gudeg yang ada di dasar panci tidak gosong. Untuk jenis gudeg kering dalam memasaknya tanpa ada tambahan air, sedangkan untuk gudeg basah dalam memasaknya ditambahkan air atau santan cair agar sedikit berkuah dan lembab. Untuk mendapatkan daun jati, Arvansyah membeli di Pasar Kramatjati. Penambahan air asam jawa juga memberikan warna rasa yang segar.
Penggunaan santan kental atau areh yang dihasilkan dari kelapa setengah tua yang dimasak hingga mengental . Dalam penyajiannya Areh ini disiramkan di atas gudeg saat akan disajikan.
Pendamping gudeg saat disantap yang ditawarkan Warung Gudeg Ibu Laminten terdiri dari telur bacem yang berwarna cokelat cerah yang saat disantap bumbu bacemnya terasa gurih dan manis di mulut, lalu ada tahu bacem, yang telah digoreng terlebih dahulu sebelum dibacem. Serta sambal goreng krecek dengan bahan dasar kerupuk kulit sapi atau biasa disebut kerupuk rambak. Krecek ini memiliki tekstur lembut dan kenyal dengan rasa yang gurih karena diolah menggunakan santan kental yang meresap dalam krupuk, selain itu terdapat penambahan kacang tolo dan cabai rawit merah yang membuat sambal ini terasa di mulut Anda.
Selain itu pendamping lainnya yang direkomendasikan adalah ayam goreng kalasan dengan rasa daging yang empuk namun kesat karena menggunakan ayam pejantan, rasa bumbunya meresap masuk hingga ke bagian dalam daging, tekstur dagingnya kering dan sedikit berminyak karena digoreng dengan api yang panas sehingga tidak menyerap banyak minyak. Kremesnya terasa begitu renyah, dan gurih karena bahannya menggunakan tepung terigu yang dibumbui dengan bumbu rendaman dan ungkepan ayam sehingga begitu terasa bumbunya, kemudian digoreng kering sebagai taburan. Renyahnya taburan kremes ini mampu melengkapi sajian lain yang semuanya cenderung bertekstur lembek dan lembut.
Berhasil Beli Mobil Mercy dan Kijang Innova Berkat Usaha Gudeg
Usaha Warung Gudeg Asli Yogya Bu Laminten ini mulai dirintis oleh Laminten sejak tahun 1985.Dengan Modal yang didapat dari hasil menjual tanah warisan dari suaminya, Laminten memberanikan diri ke Jakarta meninggalkan delapan dari sembilan anaknya, dan hanya membawa anak bungsunya. Laminten lalu membuka usaha di Jakarta dengan modal awal sekitar Rp 2.000.000.
Awal mulanya warung Bu Laminten ini berada di Hero Tomang, dan di daerah Senen. Tak disangka setahun berjalan berkembang sangat pesat, Laminten pun mulai kerepotan. Akhirnya anak pertamanya yang bernama Arvansyah yang saat itu sedang bekerja dan kuliah di Surabaya dipanggil ke Jakarta untuk turut serta membantu ibunya. Arvansyah sendiri tertarik ikut terjun ke usaha makanan yang dirintis ibunya, karena melihat potensi usaha ini cukup besar untuk maju, karena saat itu kompetitor usaha makanan gudeg belum begitu banyak. “Orang yang ingin mencicipi gudeg tidak perlu jauh-jauh ke Yogya cukup datang di Warung Bu Laminten,” ungkap Arvansyah.
Pada tahun 1986, Luminten mulai mengembangkan sayap dengan membuka usahanya di Sabang atau Jl. H Agus Salim No 34, kemudian di Menteng dan terakhir di Kelapa Gading tahun 2003. Selain di tiga tempat itu, Arvansyah selaku pemilik sekaligus pengelola warung juga melayani penjualan ke beberapa foodcourt di Jakarta, di antaranya di ITC Roxy Mas dan Citraland.
Saat ini, pusat produksi gudeg berada di Jalan Kembangan Baru No 2 Jakarta Barat. Dari tempat ini makanan baru didistribusikan ke cabang-cabang dan beberapa foodcourt di pusat perbelanjaan dengan menggunakan mobil box Panther. Tugas Laminten sendiri sekarang hanya sebagai tes akhir untuk masalah resep. Sehingga saat ini, mulai dari pembuatan resep sampai dengan pengelolaan manajemen diserahkan kepada Arvansyah. Dalam menjalankan usahanya Arvansyah tidak sendiri, dia dibantu oleh isterinya yang bernama Suwarni yang saat ini berusia 35 tahun.
Untuk menarik kehadiran para pengunjung Arvansyah mendatangkan khusus tampah kecil dari Yogya sebagai pengganti piring. Arvansyah sendiri sebelum menekuni usaha warung gudeg ini, pernah bekerja di Kalianyar, Surabaya – Jawa Timur tepatnya di Money Changer tahun 1985 dan kuliah di Universitas Wijaya Kusuma Dukuh Kupang Surabaya jurusan Pertanian dan jurusan Kedokteran, namun kemudian lebih memilih ikut bekerja bersama ibunya.
Bahan Baku. Untuk memenuhi kebutuhan warungnya setiap hari Arvansyah tidak perlu berbelanja sendiri karena semua bahan bakunya didapat dari seorang supplier yang bernama Surti dan Parno yang berasal dari Palmerah dan Kebayoran Lama. Biasanya sekali datang itu dalam jumlah banyak, untuk sekali pengiriman, bisa habis dalam waktu 2 hari. Kecuali ayam pejantan sekali pengiriman 100 ekor yang dapat habis dalam waktu sehari yang didistribusikan untuk 3 tempat dan beberapa foodcourt.
Kendala. Ibarat laut yang pasang surut, di dalam berusaha pasti kendala itu ada. “Kendala yang paling utama adalah masalah karyawan, biasanya yang bermasalah adalah karyawan yang berasal dari luar Jawa, mereka biasanya kerja di sini cuma sebentar,” ujar lelaki berusia 43 tahun itu. Selain itu juga kendala kalau musim hujan, di samping pengunjung sepi juga tidak bisa menjemur krecek, sehingga hasilnya tidak mengembang dengan baik.
Menghadapi Persaingan. Dalam menghadapi persaingan dengan kompetitor, Arvansyah mengaku hanya berusaha selalu memberikan “The Best Service”. Selain berusaha memberi yang terbaik pada pelanggan, Arvansyah juga berusaha menerima apa adanya atas segala yang telah diraih. “Bila hari ini hasilnya sedikit, mungkin hari esok lebih banyak begitu juga kalau hari esok sedikit, mungkin esok lusa, yang penting kita sudah berusaha,” begitu seloroh Arvasyah.
Untuk menjalankan usahanya Arvansyah dibantu 20 karyawan dengan sistem penggajian bulanan. Yang terdiri atas 2 orang sopir, dan 18 orang tenaga serabutan. Rata-rata setiap karyawan memperoleh gaji sekitar Rp 600 ribu- Rp 1 juta g pembagian tergantung beban kerjanya. Selain memperoleh gaji bulanan karyawan yang berasal dari luar daerah juga dapat tinggal di mess yang letaknya di lokasi produksi gudeg di Jalan Kembangan Jakarta Barat, serta fasilitas makan. “Unsur kebersihan serta memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan yang paling diutamakan di warung ini,” ujar lelaki kelahiran 5 Oktober 1964 ini.
Pelanggan. Para pelanggan di Warung Gudeg Bu Laminten kebanyakan adalah orang Jawa yang kangen akan makanan gudeg asli Yogya. Meski demikian, banyak juga pelanggan Warung Gudeg ini yang asli Jakarta, bahkan asal daerah lain di luar Jawa. Umumnya para pelanggan adalah karyawan kantor yang pulang kerja. Setiap harinya pengunjung warung ini bisa mencapai 150 orang. Rasa gurih, nikmat serta lezatnya Gudeg ini juga telah menarik beberapa artis di antaranya Peggy Melaty Sukma, Roger Danuarta, serta striker Tim Nasional PSSI, Bambang Pamungkas.
Selama 22 tahun mengelola usahanya, Arvansyah kini telah berhasil memiliki 2 mobil pribadi, Merzy dan Kijang Inova, serta 3 mobil operasional Isuzu Panther Box. Selain itu, ia juga bisa membeli rumah yang terletak di Jakarta Barat, tepatnya di Jalan Kembangan Baru nomor 2. “Semua itu saya dapat berkat usaha dan kerja keras saya beserta keluarga yang selalu mendukung saya dan menerima apa adanya, apapun hasil usaha saya,” ujar lelaki yang sempat bercita –cinta menjadi dokter ini.
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik
|
|